Tahun 2018
merupakan tahun yang cukup sibuk bagi saya. Mulai dari menyelesaikan skripsi─yang
alhamdulillah akhirnya selesai, hingga ke masalah pekerjaan─yang masih perlu banyak
pertinjauan guna menuju ke arah yang lebih baik. Namun, justru di tahun ini lah
minat baca saya menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Aneh memang. Mindset saya seperti sudah berubah. Pada
tahun ini saya merasa lebih sensitif terhadap lingkungan saya. Saya jadi lebih
banyak bertanya-tanya mengenai satu hal dan lainnya. Hingga akhirnya saya
menemukan beberapa jawaban dari pertanyaan melalui buku-buku yang saya baca di
tahun ini. Memang tidak semuanya dapat terwakili, namun saya bersyukur karena
mendapat banyak hal baru ketika menjelajah dunia melalui buku. Berikut
buku-buku yang saya baca di tahun 2018 :
Penulis : Prof.
R. Slamet Iman Santoso
Penerbit : Sinar
Hudaya
Tahun Terbit :
1977
Saya cukup
beruntung mendapatkan cetakan pertama buku ini dari kios buku bekas Jakarta. Ya
meskipun harganya cukup mahal sih, tapi saya tidak merasa rugi. Buku ini cukup
tipis namun di dalamnya terkandung muatan yang berat sekali bagi saya. Membahas
secara ringkas namun tuntas mengenai sifat berpikir manusia, hingga penjelasan
perkembangan pengetahuan manusia dari zaman ke zaman, mulai dari zaman purba,
abad pertengahan, hingga zaman modern. Membaca buku ini membuat saya tertarik
mengenai ilmu filsafat. Ngomong-ngomong, ini merupakan buku paling lawas yang saya
baca hingga saat ini (dalam bentuk fisik).
Kata-kata filsuf banget nih! |
Penulis : Ayu Rianna, Orinthia Lee, Emilya Kusnaidi
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Tahun Terbit :
2014
Teater Boneka.
Melihat sekilas sampul buku ini membuat saya langsung membayangkan betapa
indahnya pertunjukkan teater boneka yang sudah sangat sulit ditemui di tahun
2018. Dan benar saja, novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang gadis
bernama Erin yang harus berjuang mempertahankan Teater Boneka Poppenkast
warisan ayahnya di tengah pengaruh budaya barat. Sangat seru, ceritanya cukup
ringan untuk diikuti dan membuat pembacanya ingin menyaksikan teater boneka secara
langsung. Novel ini merupakan hasil dari Gramedia Writing Project. Meskipun
novel ini disusun oleh tiga penulis, namun saya tidak merasakan perbedaan gaya
penulisan yang cukup signifikan di antara ketiganya. Alur novel berjalan dengan
baik seakan-akan hanya ditulis oleh satu penulis saja.
Penulis : Trias Kuncahyono
Penerbit : Kompas
Media Nusantara
Tahun Terbit :
2009
Membaca buku ini
membuat perasaan saya senang sekaligus sedih. Senang karena membayangkan
pekerjaan seorang jurnalis yang penuh cerita tak terlupakan di pekerjaan sehari-harinya,
namun juga sedih karena ikut merasakan betapa pedihnya penderitaan bangsa
Palestina selama beberapa dekade terakhir. Jurnalis Kompas ini berhasil menceritakan
dengan baik situasi nyata yang dialaminya saat berjuang mendokumentasikan
berita konflik di Jalur Gaza. Selain itu, buku ini juga menceritakan beberapa
sejarah perang di Timur Tengah yang sangat menarik untuk dibaca.
Melawan ketidakadilan! |
Penulis : Agus
Sudibyo
Penerbit :
Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit :
2014
Cover bukunya
yang berwarna jingga langsung membuat saya tertarik untuk melihatnya. Perasaan
saya menjadi lebih senang lagi setelah mengetahui buku ini tentang jurnalistik.
Membaca buku ini membuka wawasan pembaca menjadi lebih luas mengenai mekanisme
kerja media. Di dalam buku ini juga dijelaskan mengenai bagaimana membangun
relasi dengan media bagi narasumber, kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi
wartawan, hingga bagaimana cara bersikap lebih professional sebagai wartawan.
Ensiklopedis |
Penulis :
Pramoedya Ananta Toer
Penerbit :
Lentera Dipantara
Tahun Terbit :
2005
Tidak diragukan
lagi buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer memang salah satu yang terbaik di
negeri ini. Lewat buku ini, Pram menuturkan sisi paling kelam dari pembangunan
jalan yang membentang di daratan utara Pulau Jawa. Jalan yang biasanya selalu
ramai dilalui ketika musim mudik tiba itu dituturkan secara cukup rinci per
daerahnya. Tentunya berdasarkan data yang aktual karena buku ini bukan
merupakan novel seperti yang biasa Pram tulis.
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Tahun Terbit :
2013
Menceritakan
perjuangan seorang anak bungsu yang terlalu cepat menjadi tulang punggung
keluarga setelah kematian ayahnya. Penuh dengan lika-liku kehidupan, dan
menurut saya cukup banyak drama pada novel ini. Keluarga, persahabatan, dan
percintaan mewarnai isi novel ini. Bagian yang paling saya suka pada novel ini
adalah ketika Catuk (karakter utama) dan kakak-kakaknya berusaha mengumpulkan
uang untuk membeli sepatu baru saat perlombaan lari. Cinta monyet Catuk dengan
lawan mainnya pun cukup menggelitik, khas anak remaja yang baru merasakan jatuh
cinta.. hahaha. Saya juga dibuat ketawa-ketawa sendiri di dalam KRL ketika
membaca bagian komedi novel ini, tepatnya ketika lawakan teman-teman Catuk yang
sedang berusaha menghiburnya. Selain itu juga banyak istilah-istilah Melayu yang
baru saya ketahui setelah membaca novel ini.
Salah satu kutipan favorit |
Penulis : Olivia
Kristie
Penerbit :
Gramedia Widiasarana Indonesia
Tahun Terbit :
2015
Sesuai judulnya yang
memakai angka 101, buku ini membahas mengenai makanan Korea dari dasar. Mulai
dari cara makan, memesan makanan, sikap ketika dan setelah makan, menu-menu
makanan di Korea, dan lain-lain. Buku ini full-color
sehingga membuat pembacanya tidak bosan. Membaca buku ini membuat saya cukup ngiler untuk ingin mencobanya, namun di
lain sisi saya menjadi lebih bersyukur karena merasa makanan Indonesia lebih
baik. Di bagian akhir buku, terdapat semacam kamus mini untuk belajar bahasa
Korea (Hangul) dan beberapa kosa kata yang berhubungan dengan makanan. Ngomong-ngomong,
saya punya 2 salinan dari buku ini. Tapi yang satunya sudah diberikan kepada
seseorang.. hehe.
Salah satu bagian favorit, extreme food |
Talk More
Penerbit :
Kaysamedia
Tahun Terbit :
2011
Buku yang
merupakan produk asli dari Pare, Kediri yang juga merupakan kampung dari ayah
saya. Saya membeli buku ini ketika mengikuti kursus bahasa Inggris di Pare
selama 2 minggu. Buku ini berisi ekspresi sehari-hari dalam bahasa Inggris. Saya
diwajibkan menghapal ekspresi dalam buku ini, satu halaman per hari untuk kelas
subuh. Ya, bayangkan saja setelah shalat subuh berjamaah di camp, saya dan teman-teman diwajibkan
menghapal setidaknya belasan ekspresi dalam bahasa Inggris. Kalau tidak hapal? Yes, we have to f*ck the floor (push up), atau paling parahnya kita
disuruh jump to the river yang berada
di dekat camp oleh coaches. Masa-masa indah.. hahaha.
Salah satu ekspresi favorit |
Penulis : Hendra
FU
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2015
Cerita
perjalanan seorang traveler yang
menjelajah 10 negara ASEAN. Seru, pembaca seakan dibawa menjelajah 10 negara
ASEAN secara langsung. Jika selama ini traveler hanya mengunjungi tempat-tempat
yang mainstream seperti Merlion di
Singapore atau berbelanja murah di Bangkok, ternyata masih banyak tempat-tempat
anti-mainstream yang dapat kita
kunjungi di negara ASEAN. Pembaca diajak melihat ASEAN dari kacamata yang
berbeda. Beberapa fakta dan sejarah setempat pun disematkan dalam buku ini,
sehingga wawasan mengenai negara-negara tetangga Indonesia ini pun akan kita dapatkan.
Candi dan Patung di Myanmar |
Kitab Komik Sufi 2
Penerbit :
Muara, Gramedia
Tahun Terbit :
2014
Merupakan seri
kedua dari Kitab Komik Sufi. Meskipun saya belum membaca seri pertamanya karena
kehabisan, namun kumpulan komik strip ini sangat menarik untuk dibaca. Saya
sendiri pun hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit saja untuk melahap habis
160 halaman buku. Salah satu rekor tercepat saya menghabiskan isi buku.
Sederhana, namun sarat akan pesan moral dan makna kehidupan. Begitulah
kira-kira isi dari buku komik ini.
Bagian Ter-favorit |
Penulis : Jen
Green
Penerbit :
Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit :
2011
Setelah sekian
lama akhirnya saya membeli majalah lagi. Beberapa tahun ke belakang memang
lebih sering membaca majalah online dibanding membeli dalam bentuk fisik yang
harganya lumayan menguras kocek. Saya memang selalu kagum dengan seni dan budaya
dari peradaban kuno, seperti yang ada dalam majalah dari National Geographic
ini. Kelt kuno, peradaban tertua dari daratan Eropa ini memiliki segudang cerita
yang membuat saya kagum.
Ternyata tradisi Halloween sudah ada sejak peradaban Kelt Kuno, loh! |
Entahlah saya
harus menyebut ini apa, namun buku ini merupakan majalah mengenai film-film
yang ditayangkan pada Pekan Sinema Jepang 2018 di Jakarta. Pada tahun-tahun
sebelumnya, Pekan Sinema Jepang atau lebih dikenal JFF (Japan Film Festival) hanya
memberikan selembaran kertas saja yang akan dicap ketika selesai menonton,
namun pada tahun ini mereka memberikan majalah panduan. Majalah ini menggunakan
dual bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Berisi tentang sinopsis,
daftar cast, dan informasi mengenai film dan sutradaranya. Lumayan membantu
saya untuk mengetahui tentang film-film Jepang favorit tanpa harus mondar-mandir
ke situs Mydramalist.
Penulis : Yovita
Siswati
Penerbit : Kiddo
Tahun Terbit :
2015
Cara asyik belajar sejarah Indonesia. Itulah
yang ada di pikiran saya ketika melihat buku ini. Benar saja, novel ini
selain menyajikan cerita misteri yang cukup ringan untuk diikuti, juga berisi
mengenai sejarah kota Bandung serta beberapa peristiwa sejarah yang terjadi. Beberapa
alur terasa sangat cepat dan sederhana. Memang, novel ini seperti dikhususkan
untuk anak remaja. Satu hal yang sangat disayangkan pada novel ini adalah saya
tidak menemukan kutipan yang bagus ketika membacanya. Namun tidak mengurangi jalannya
cerita yang sangat asyik untuk dibaca.
Penjelasan sejarah yang asyik |
Ok, saya rasa sudah
cukup panjang artikel mengenai buku-buku yang saya baca di tahun 2018.
Sebenarnya masih ada beberapa judul buku lagi yang akan saya tulis di Part 2. Ngomong-ngomong,
gimana dengan daftar buku yang kamu baca di 2018 nih?
0 komentar:
Posting Komentar